Sabtu, 22 Februari 2025

Aku Duduk Begitu Lama Bersama Amarahku


 

Aku Duduk Begitu Lama Bersama Amarahku

Aku duduk begitu lama bersama amarahku. Dia menatapku dengan tajam, tanpa suara, tanpa gerakan, hanya gemuruh dalam dadaku yang terus menggema. Aku pikir dia adalah bentengku, perisai yang melindungiku dari kelemahan. Aku pikir dia hadir untuk membantuku bertahan, agar aku tak tampak rapuh di mata dunia.

Hari-hari berlalu, namun dia tetap di sana. Tak beranjak, tak pudar. Aku memberinya ruang, memberinya waktu, bahkan memberinya pelukan, berharap dia akan pergi ketika bosan. Tapi dia tetap diam, seolah menunggu sesuatu. Lelah, aku bertanya, "Kenapa kau tak juga pergi? Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Senja itu, ketika cahaya jingga mulai meredup, dia akhirnya berbicara. Suaranya tak garang seperti yang kuduga. "Aku bukan amarah yang kau pikirkan. Aku adalah kesedihan yang kau sembunyikan."

Aku terpaku. Seketika, dinding yang kubangun runtuh. Aku menyadari betapa lama aku mengira diriku marah, padahal aku hanya terluka. Aku ingin berteriak, tetapi yang sebenarnya kubutuhkan hanyalah pelukan. Aku ingin berperang, tetapi yang benar-benar kuinginkan hanyalah kedamaian.

Malam itu, aku menangis. Bukan karena kalah, tetapi karena akhirnya aku mengerti. Aku membiarkan amarahku berubah bentuk, menjadi sesuatu yang lebih lembut, lebih jujur. Aku merangkulnya—bukan untuk menahannya, tetapi untuk melepaskannya dengan penuh penerimaan.

Aku duduk begitu lama bersama amarahku, sampai dia membisikkan kebenaran. Dia bukan musuhku. Dia adalah bagian dari jiwaku yang hanya ingin dipahami.

Kamis, 20 Februari 2025

Cobaan Menuju Nikah Itu Banyak, Ya…

 Cobaan Menuju Nikah Itu Banyak, Ya…

Dulu aku pikir, kalau udah ketemu orang yang tepat, semuanya bakal lancar sampai ke pelaminan. Ternyata, perjalanan menuju pernikahan nggak seindah yang aku bayangkan. Bukannya makin gampang, malah makin banyak cobaan yang datang.

Ada hari-hari di mana aku hampir menyerah. Bukan karena nggak yakin sama pasangan, tapi karena tekanan dari sekitar. Mulai dari keluarga yang punya ekspektasi tinggi, biaya nikah yang bikin pusing, sampai pertanyaan-pertanyaan dari orang lain yang rasanya nggak ada habisnya. “Kapan nikah?” “Kamu yakin dia orangnya?” “Udah siap jadi istri?” Seakan-akan aku nggak boleh ragu sama sekali, padahal hatiku juga masih sering bergejolak.

"Pernikahan bukan hanya tentang menemukan orang yang tepat, tapi juga menjadi orang yang tepat."

Belum lagi perbedaan yang mulai terasa. Dulu, semuanya terasa indah, tapi makin dekat ke pernikahan, makin banyak hal yang harus disesuaikan. Cara berpikir, kebiasaan, bahkan nilai-nilai hidup yang mungkin dulu nggak terlalu dipikirin, sekarang jadi penting banget. Kadang kita bisa ngobrol baik-baik, tapi kadang juga berantem sampai sama-sama diam.

Dan yang paling berat? Ketakutan dalam diri sendiri. Aku takut nggak bisa jadi pasangan yang baik. Aku takut pernikahan nggak seindah yang aku bayangkan. Aku takut ada hal-hal yang nggak bisa aku kendalikan. Tapi di sisi lain, aku juga nggak mau terus-terusan takut dan kehilangan seseorang yang sebenarnya berharga buatku.

"Cinta sejati bukan tentang dua orang yang selalu sepakat, tapi tentang dua hati yang selalu berusaha memahami."

Mungkin memang ini bagian dari ujiannya. Kalau bisa dilewatin bareng, aku yakin, nanti pernikahan juga bisa kita jalani dengan lebih kuat. Karena sejatinya, pernikahan bukan tentang sempurna, tapi tentang saling menerima dan bertumbuh bersama.

"Yang mudah pergi, memang bukan untukmu. Yang tetap bertahan, itulah yang layak diperjuangkan."

Jadi, buat yang lagi berjuang menuju nikah, kamu nggak sendirian. Semua ini pasti ada jalannya tetap semangat ya semoga lancar sampai hari akad itu tiba, dan menjadi pasangan Sakinah Mawaddah Warahmah aminnnn....

 #Little Note Tutut 👧


Aku dan Takdir

 

Aku dan Takdir : Antara Pilihan dan Keputusan

Takdir. Kata yang sering kali membuat kita bertanya-tanya: apakah hidup ini sudah tertulis sejak awal, ataukah kita punya kuasa untuk mengubahnya? Aku pun sering berpikir tentang itu. Kadang, saat sesuatu terjadi di luar rencana, aku bertanya pada diri sendiri, "Apakah ini memang jalanku? Atau aku yang salah memilih?"

Sejak kecil, aku tumbuh dalam lingkungan yang penuh kenyamanan. Aku tahu betapa beruntungnya diriku. Segala sesuatu yang aku butuhkan tersedia, dan keluargaku selalu memastikan aku mendapatkan yang terbaik. Namun, di balik semua itu, ada satu pertanyaan yang selalu mengganggu: Apakah aku benar-benar menjalani hidupku sendiri, atau aku hanya mengikuti arus takdir yang sudah ditentukan?


Takdir dan Pilihan

Banyak orang berkata bahwa hidup ini sudah digariskan, tetapi aku percaya bahwa takdir juga bergantung pada pilihan yang kita buat. Kita diberi banyak jalan, dan setiap keputusan yang kita ambil akan membawa kita ke takdir yang berbeda.

Ada kalanya aku merasa ragu. Bagaimana jika aku memilih jalan yang salah? Bagaimana jika keputusan yang kuambil justru menjauhkan aku dari kehidupan yang seharusnya? Tapi kemudian aku sadar, takdir bukan hanya tentang menerima apa yang datang, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalaninya.


Menghadapi Takdir dengan Berani

Aku pernah berada di titik di mana aku merasa tidak punya kendali atas hidupku. Saat sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, aku menyalahkan keadaan. Tapi semakin aku dewasa, aku sadar bahwa setiap tantangan yang datang bukan sekadar ujian, tetapi kesempatan untuk tumbuh.

Jika hidup adalah buku, maka takdir adalah tema besar yang sudah ditentukan. Tapi kita tetap bisa menulis jalan ceritanya. Kita bisa memilih bagaimana merespons setiap kejadian, bagaimana menghadapi kegagalan, dan bagaimana tetap bangkit setelah terjatuh.

Sekarang, aku belajar untuk berdamai dengan takdir. Aku tidak lagi takut memilih, karena aku tahu setiap pilihan akan membawaku ke pengalaman yang berharga. Aku percaya bahwa selama aku terus melangkah, selama aku terus berusaha, takdir akan membawaku ke tempat yang seharusnya.

Karena pada akhirnya, aku dan takdir bukanlah dua hal yang berlawanan. Aku adalah bagian dari takdirku sendiri. Dan apa yang memang ditakdirkan untukku, akan selalu menemukan jalannya kepadaku.

 

Berusaha, berdoa dan jangan lupa bersyukur yaa kita semua hebat 😊

Aku Duduk Begitu Lama Bersama Amarahku

  Aku Duduk Begitu Lama Bersama Amarahku Aku duduk begitu lama bersama amarahku. Dia menatapku dengan tajam, tanpa suara, tanpa gerakan, han...